Salah satu fenomena baru yang mengikuti era medsos adalah bertebarannya gambar, meme, atau video di ruang-ruang digital kita, terutama di momen-momen peringatan. Tak terkecuali di momentum Idul Adha ini.

Tak terhitung gambar dan video-video menarik di seputar penyembelihan hewan kurban. Karena dishare secara berantai, maka tak jelas sumbernya dari mana. Ada video yang beredar di grup-grup WA yang menarik perhatian saya, tetapi maaf video tidak disertakan dalam postingan karena berpotensi memuat konten kekerasan. Video itu menggambarkan sekelompok orang yang sedang menyembelih sapi. Yang menarik perhatian adalah laki-laki paruh baya bersarung yang memegangi kaki belakang sapi yang tidak terikat. Kuatnya tendangan kaki sapi yang meronta telah berhasil menjungkalkan laki-laki itu berkali-kali secara mengenaskan dengan pose jatuh yang berbeda-beda. Tetapi laki-laki itu selalu bangkit kembali memegang kaki sapi begitu ia terjungkal. Begitu berulang, tak kurang dari 5 kali.
Seperti biasa, beragam respon berhamburan. Mungkin respon Anda berbeda dengan respon saya atau teman Anda ketika menyimak video itu.
Ya, realitas dalam video itu tentu bisa melahirkan respon, pembacaan dan pemaknaan yang sangat beragam, tergantung perspektif, suasana hati dan "interest" Anda. Beberapa kemungkinan respon Anda adalah:
  1. LUCU, jika suasana hatimu sedang suntuk, butuh hiburan untuk meningkatkan imun agar lebih punya daya tahan menghadapi serangan Covid 19 yang masih sangat mengkhawatirkan. Anda bisa tertawa terpingkal-pingkal.
  2. KASIHAN, jika Anda orang yang lembut dan hatinya mudah tersentuh oleh penderitaan orang lain, siapapun, bahkan yang tidak Anda kenal sekalipun. Yang muncul adalah rasa "tidak tega."
  3. BODOH, jika hati Anda lagi dipenuhi kekecewaan dan memendam kebencian, sehingga perspektif Anda negatif, lalu yang muncul adalah umpatan, kenyinyiran dan respon2 buruk lainnya.
  4. TIDAK PROFESIONAL, jika Anda melihatnya dari sisi kompetensi, SOP dan teknik menyembelih. Hal seperti itu tidak perlu terjadi jika orang-orang yang tidak kompeten seperti itu tidak ikut nimbrung. Serahkan pada ahlinya.
  5. KISAH HEROIK, jika perspektif Anda positif dan hati Anda damai. Betapa dia pantang menyerah dalam menuntaskan misi, meskipun berkali-kali terjungkal.
  6. KEIKHLASAN DAN ISTIQOMAH DALAM IBADAH, jika perspektif yang Anda gunakan adalah spirit agama. Orang seperti itu akan memperoleh pahala yang sangat besar. Bukankah Rasulullah bersabda: pahala itu sesuai tingkat kepayahan (ats-tsawab biqadrit ta'ab). Diantara sekian banyak orang yang terlibat, tampaknya dia yang palih berpayah-payah.
Anda bisa menambahkan deretan makna yang lain, karena memang secara hermeneutik, realitas itu sangat terbuka dimaknai.
Realitas (bisa written texts maupun social texts) akan bermakna apa dalam pembacaan seseorang, tidak saja bergantung pada realitas (text) nya itu sendiri, tetapi juga bergantung pada "dunia pembaca"-nya (the world of reader).
Anda lebih cocok pada pembacaan yang mana, boleh-boleh saja. Merdeka! Tetapi model pembacaan itu sekaligus merefleksikan siapa diri Anda. Tabik!