Ketemu foto lama, waktu mengantar Prof. James Rush ke salah satu perhelatan akbar Nahdlatul Ulama di Asrama Haji Dono Hudan Solo, sekian tahun yang lalu, ketika saya masih "unyu-unyu". Tentu saya sangat senang punya "kesempatan langka" bisa menemani sekaligus berdiskusi "ngalor-ngidul" dengan sejarawan Amerika dan guru besar di Arizona State University yang hebat ini di sepanjang perjalanan.

Pak James termasuk ilmuwan Amerika yang cukup dikenal di negeri ini melalui karya-karyanya yang keren, di antaranya adalah Opium to Java: Revenue Farming and Chinese Enterprise in Colonial Indonesia, 1860–1910 (Cornell University Press, 1990) yang diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia dengan judul Candu Tempo Doeloe : Pemerintah, Pengedar dan Pecandu, 1860-1910.



Kegembiraan makin membuncah ketika bertemu dan guyonan dengan tokoh-tokoh muda NU yang keren. Saya meyakini sepenuhnya, mereka ini selalu memasok energi luar biasa bagi dinamika, warna dan pergerakan NU ke depan. 
Saya bertemu dengan banyak tokoh, karena perhelatan NU seperti Muktamar, Munas, Konbes, atau level di bawahnya seperti Konferwil selalu menghadirkan magnet luar biasa, sekaligus menjadi ajang reuni lintas generasi.

Para tokoh yang memiliki pertautan historis, idiologis dan kebudayaan dengan NU (tentu termasuk yang memiliki pertautan kepentingan politis) "tumplek blek" di ajang seperti ini pada levelnya masing-masing. Wajar jika perhelatan seperti ini sangat menarik untuk diteliti. Ia bisa menjadi laboratorium social sciences and humanities yang menyediakan data lapangan yang sangat kaya.

Tidak bisa dipungkiri, bahwa dalam perhelatan seperti ini beragam kepentingan bertemu, saling menyapa, saling mempengaruhi, bahkan berusaha saling mengalahkan. Ada kontestasi yang kadang keras, sehingga menjadi suguhan yang mendebarkan, mengenai bagaimana ide, gagasan dan kepentingan dinegosiasikan serta bagaimana idealisme dan pragmatisme dipertarungkan untuk kemudian diharmonisasikan.



Tidak ketinggalan, ada debat akademik yang dahsyat yakni ketika khazanah keilmuan warisan para leluhur harus digelar, dijabarkan dan diinterpretasikan kembali untuk menyahuti kebutuhan-kebutuhan dan meresponi isu-isu kekinian yang mendesak dalam bidang ekonomi, politik dan isu-isu strategis keumatan dan kebangsaan lainnya.

Jika sampean belum pernah datang, menyelami dan experiencing pada perhelatan seperti ini, sekali-kali datanglah. Yakin, sampean akan mengalami kedahsyatan luar biasa.

Keterangan Foto: Bertemu dengan Kyai Ulil Abshar Abdalla dan Gus Zuhairi Misrawi (saya yakin mereka tidak menyimpan foto ini)

x